Selasa, 20 November 2012

Sejarah dan Kiprah Penembak Jitu (Sniper) di Indonesia

Kiprah penembak jitu (penembak runduk/sniper) Nusantara telah dikenal sejak perang Aceh pada abad ke 19. Berkat didikan tentara Jepang yang biasa bertempur dengan kondisi serba minim, para prajurit "Siluman" itu banyak berperan saat revolusi fisik 1945-1949.

Cukup sulit menentukan kapan ilmu tembak runduk (sniping) mulai dikenal oleh para prajurit di Nusantara. Minimnya catatan sejarah mengenai ini, baik dari masa Hindia Belanda, Jepang, maupun pasca Poklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, membuat upaya penelusuran poses tumbuh dan berkembangnya ilmu tembak runduk di tanah air laksana mencari sebatang jarum di tengah onggokan jerami. 

Kerterlibatan para penembak runduk (sniper) di dalam sebuah petempuran hampir bisa dipastikan dibayangi aroma kerahasiaan sebagai dampak budaya "ambil jalan pintas" yang acap diambil para komandan pasukan. Dalam situasi seperti ini, jangan harap bakal ada selembar catatan terbuka soal terlibatnya penembak runduk. 


Sejak bercokolnya Belanda di Bumi Pertiwi pada abad ke 17, ratusan konflik bersenjata banyak terjadi. Kala itu pola pertempurannya masih diwarnai gaya baku bunuh di Abad Pertengahan. Kedua belah pihak yang bertikai saling berbenturan secara frontal dalam jarak dekat. Dalam situasi seperti ini tak hanya prajurit rendahan bahkan perwira tinggi sekelas Jenderal pun bakal berkesempatan melihat wajah pembunuhnya disaat detik-detik akhir maut menjemputnya.

♁ Sniper Aceh

Kian intensnya peran senjata api semasa pergolakan menentang Belanda pada abad Ke 18 dan 19 membuat beragam senjata api banyak beredar di tangan sejumlah kelompok perlawanan. Sayang, penggunaannya belum maksimal mengingat kesulitan kelompok perlawanan memperoleh amunisinya. Terbukti dari uraian dalam laporan kematian para perwira pasukan kolonial Hindia Belanda yang kebanyakan tewas akibat senjata tajam atau tembakan jarak dekat.
Jendral Kohler
Mungkin satu-satunya aksi tembak runduk kelompok perlawanan yang secara resmi diakui rejim kolonial adalah insiden tewasnya Mayor Jenderal JHR Kohler di depan Mesjid Raya Baitul Rachman, Kutaraja (kini Banda Aceh) pada tanggal 14 April 1873. Saat itu pasukan ekspedisi Belanda berkekuatan sekitar 5.000 orang yang telah sembilan hari menyerang Kesultanan Aceh berhasil mendobrak pertahanan Laskar Aceh di Mesjid Raya dan kemudian membakarnya hingga ludes.

Kohler yang tengah mengadakan inspeksi situasi palagan hendak beristirahat di bawah sebuah pohon yang berjarak sekitar 100 meter dari mesjid. Mendadak sebuah tembakan meletus dan mengenai tepat di kepalanya hingga membuat Kohler tewas seketika. Pelakunya, yang kemudian di berondong pasukan Belanda, ternyata seorang remaja Laskar Aceh berusia 19 tahun yang bersembunyi di reruntuhan mesjid.


Di lain pihak, Laskar Aceh sendiri sempat merasakan betapa ampuhnya sengatan penembak runduk. Salah satu tokoh, Teuku Umar, tewas dihajar sebutir peluru emas milik seorang penembak runduk dari satuan elit Marechaussee di pantai Sua Ujung Kuala. Saat itu Teuku Umar tengah merencanakan penyerbuan terhadap kota Meulaboh pada dini hari tanggal 11 Februari 1899.

♁ Didikan Jepang

Heiho parade didalam kota
Tatkala pasukan Dai Nippon mulai merebut satu demi satu wilayah kekuasaan Hindia Belanda pada periode awal Perang Pasifik tahun 1942, saat itu ilmu tembak runduk seperti yang kita kenal sekarang mulai dikenalkan para samurai Tenno Haika.

Guna membuat pertahanan pasukan Koninklijke Nederlands Indische Leger (KNIL) di suatu lokasi morat marit, para satria kate dengan bertengger di atas pohon dan bermodal senapan standar Arisaka tipe 30 atau 38 (keduanya berkaliber 6,5 mm) menghabisi satu demi satu para perwira KNIL, dengan sebutir peluru tepat di kepalanya atau bagian vital lainya. Begitu si opsir tewas, anak buahnya seketika ambil langkah seribu. Tak jarang mereka harus terima nasib "menyusul" komandannya ke alam baka dengan cara sama meski telah sekuat tenaga berlari menjauhi lokasi pertempuran.

Dalam beraksi para penembak runduk Jepang tak hanya dibekali senapan standar. Sejumlah kesatuan di jajaran Angkatan Darat kekaisaran Jepang sempat kebagian senapan Arisaka tipe 97. Hakikatnya, senjata ini merupakan pengembangan Arisaka tipe 38 untuk memenuhi kebutuhan tembak runduk yang sejati. Perbedaan kasat mata diantara keduanya terutama sekali pada penempatan teropong bidik dengan perbesaran 2,5 kali diatas kamar peluru senapan tipe 97. Belakangan posisi tipe 97 digeser tipe 99 dengan kaliber 7,7 mm dengan skala perbesaran teropong bidik empat kali.

Bercokolnya pasukan Jepang selama 3,5 tahun membawa dampak yang amat luas pada berbagai sendi kehidupan di Tanah Air. Terutama sekali dari segi militer. Kian menipisnya sumber daya manusia memaksa pasukan Jepang merekrut banyak tenaga muda pribumi dari semua wilayah taklukannya, termasuk Indonesia.

Ribuan pemuda dilatih ilmu kemiliteran guna disiapkan menjadi personil Heiho dan PETA. Jika para Heiho (yang berarti pembantu prajurit) diberi kesempatan merasakan ganasnya api peperangan di berbagai palagan Perang Pasifik, tak demikian dengan personil PETA. biarpun telah di gembleng dengan amat kerat di Giyugun Rensetai (semacam pusdiklat) PETA di Bogor, mereka harus puas hanya kebagian tugas sebagai Bo-ei Giyugun Chiho atau sebagai pasukan pertahanan lokal.

Semasa awal latihan, para calon personil Heiho dan PETA diajari memakai aneka senjata tua yang dirampas dari pasukan KNIL seperti karaben Hamburg kaliber 6,5 mm dan senapan mauser Kav 1889 kaliber 7,92 mm. Setelah dianggap mahir baru beralih ke senjata standar tentara Jepang sendiri dari jenis Arisaka tipe 30 dan 38.

Siswa yang berbakat akan diarahkan menjadi seorang penembak runduk yang akan dikirim ke garis depan. Di perkirakan jumlah pemuda Indonesia yang beruntung mengeyam pendidikan senapan runduk versi Jepang hanya sekitar 70 orang. Tambahan lagi, pendidikan mereka baru selesai dikala pasukan Jepang sudah mulai terdesak Sekutu disejumlah tempat.


Peruntukan boleh saja beda, namun landasan ilmu kemiliteran yang terlanjur diserap kedua satuan paramiliter bentukan Jepang itu toh tetap sama. Antara lain kemampuan bertahan hidup di hutan lebat dan bertempur secara gerilya dengan bekal amunisi minim. Dibarengi disiplin total, dengan sendirinya para remaja didikan Jepang ini tanpa sadar telah terbiasa menjadi penembak runduk alami. Falsafah "satu peluru satu nyawa" telah meresap kedalam jiwanya. Sebuah kebiasaan yang terasa sekali manfaatnya dalam perang mempertahankan kemerdekaan 1945-1949.

♁ Berpelor Minim

Modal awal berbagai badan perjuangan yang di bentuk pada September 1945, siapa lagi kalau bukan para pemuda didikan Jepang tersebut. Biar hanya berbekal senjata tua bekas KNIL dan Jepang, para pemuda tetap menghadang gerak maju pasukan Inggris dan Belanda di berbagai wilayah. 

TKR
Pertempuran sengit di Surabaya dan Ambarawa (1945), pihak Inggris sempat mengerahkan pasukan elit Gurkha yang telah banyak menyerap taktik perang rimba dan tembak runduk model Jepang. Alhasil dalam beberapa pertempuran sempat terjadi duel antar penembak runduk Gurkha dengan "rekan sejawat" dengan satuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) . Hebatnya lagi, duel tadi acap kali terjadi bukan hanya di permukaan tanah tapi juga sampai di atas pepohonan lebat.

Selama berkobarnya Perang kemerdekaan 1 dan 2, tak hanya penembak runduk saja namun kebanyakan pasukan TRI (TNI) seta anggota Laskar kejuangan lainnya terpaksa harus bertempur dengan modal peluru sangat minim. Berbulan-bulan mereka harus kucing-kucingan dengan pasukan Belanda, tapi peluru dikantong tak lebih 10 butir.

Akibatnya dalam setiap baku tembak bisa ditebak suara berondongan tembakan selalu datang dari posisi pasukan Belanda yang suka obral peluru. Sementara tembakan di pihak Republik hanya terdengar sesekali. Biarpun begitu, tembakan tunggal pihak Republik bikin ciut nyali para sinyo Koninklijke Leger (KL). Pasalnya, tiap tembakan "kaum ekstrimis" itu tak pernah meleset dan selalu minta korban jiwa diantara rekan-rekannya.

Hanya berkat semangat juang yang tinggi plus segudang akal cerdiklah para personil gerilyawan Republik mampu bertahan dalam kondisi serba pas-pasan sehingga tercapainya pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda pada bulan desember 1949.(Santoso Purwoadi)


Sumber : http://garudamiliter.blogspot.com/2012/03/ilmu-siluman-warisan-samurai.html
You might also like:

Seandainya Rudal S-300 Diakuisisi Indonesia..?

Iran yang mati-matian mendapatkan rudal anti-udara jarak menengah S-300 Rusia, begitu sulit mendapatkannya. Mereka harus memutar otak dan menggunakan negara ketiga untuk memperoleh S-300 tersebut.  Sementara Indonesia justru sebaliknya.

Rudal S-300 Anti-Udara Jarak Menengah
Rudal S-300 Anti-Udara Jarak Menengah
foto : jakartagreater.com

Dalam Indo Defence 2012 di Jakarta, pihak Rusia menawarkan berbagai jenis rudal anti-udara jarak menengah termasuk S-300. “Apakah militer Indonesia membeli rudal S-300 ini ?, tanya saya ke petugas booth Rusia. “Saya harap begitu”, ujarnya sambil tersenyum.

Itu artinya dari sisi pemerintahan Rusia, tidak ada kendala atas penjualan S-300 untuk Indonesia. Di sisi lain, pihak Arhanud sudah teriak-teriak menginginkan rudal anti-udara jarak menengah untuk memodernisasi strategi pertahanan mereka, seiring berkembangnya kemampuan perang negara-negara kawasan, terutama China.

Rusia telah menawarkan S-300 dan Indonesia juga menyatakan butuh rudal tersebut. Akankah S-300 dibeli militer Indonesia ?.


Pihak TNI AD sudah berkali kali mengunjungi dan menjajaki kemampuan rudal jarak menengah, baik ke China dan Rusia.  Namun hingga kini belum ada kejelasan apakah rudal  itu akan dibeli atau tidak.

Secara finansial mungkin tidak ada kendala untuk membeli rudal jarak menengah itu. Bagaimana dengan aspek stabilitas kawasan ?.

Jika Indonesia membeli rudal anti-udara jarak menengah, pastinya akan mengubah geopolitik di kawasan Asia Tenggara.  Sudah pasti Malaysia akan bereaksi. Jika Malaysia bereaksi, pastinya Singapura juga tidak akan tinggal diam. Ujung-ujungnya yang tercipta adalah perlombaan senjata. Logika berpikir seperti ini yang tampaknya sedang tertanam di benak Indonesia.

Akan tetapi paradigma militer seperti itu bisa kita ubah. Selama ini Indonesia lebih menahan diri untuk persenjataan dan hal ini akibat terperosoknya ekonomi Indonesia di beberapa dekade yang lalu. Kini ekonomi Indonesia mulai membaik. Apakah Indonesia akan terus berjalan di belakang negara-negara tetangga kita seperti Singapura dan Malaysia. Indonesia cenderung terus menahan diri untuk tidak menciptakan perlombaan senjata.

Umumnya negara negara besar  menjadi panglima militer di kawasan mereka dan negara yang lebih kecil mengikuti dari belakang. Misalnya: AS, Rusia, China, India, Jerman, Iran, Mesir.  Kecuali Israel yang kasusnya memang unik.


Rusia jaga perbatasan negara dengan S-400
Rusia jaga perbatasan negara dengan S-400

Kasus Indonesia justru terbalik. Indonesia justru berada di belakang bayang bayang militer: Singapura, Malaysia dan Australia dan bahkan Vietnam. Negara negara itu merasa lebih kuat secara militer dan Indonesia terkesan menikmatinya.

Sudah waktunya psikologi militer itu dibalik dan dikembalikan seperti sedia kala di era tahun 1960-an. Militer Indonesialah yang menjadi pemimpin di kawasan Asia Tenggara. Jika hal ini bisa tercapai, maka kewibawaan bangsa Indonesia bisa ditegakkan kembali agar roda kehidupan berputar lebih kencang.

Akankah hal itu terjadi ?. Mungkin indikatornya bisa kita ukur, apakah Indonesia akan membeli rudal anti-udara jarak menengah atau tidak.  Jika masih berkutat diurusan rudal anti-udara jarak pendek,  tentu anda sudah tahu jawabannya.

Ayo Indonesia, keluarlah dari Comfort Zone


Sumber : JKGR

Seragam Baru TNI


Mayor Agus Harimurti Yudhoyono


Brigif Linud 17 Kostrad mendapatkan penghormatan, menjadi pasukan AD pertama yang menggunakan Battle Dress Uniform (BDU) terbaru, untuk pasukan TNI. Warna hijau dari Pakaian Dinas Lapangan (PDL) ini lebih menyatu dengan alam, sehingga memaksimalkan kamuflase pasukan. Motif bercak lorengnya pun lebih halus karena menggunakan pixel/ digital effect. Code dress dan atribut diperbaiki penampilannya mendekati model US Army.
 
seragam linud 2 Seragam Baru TNI  
seragam linud 11 Seragam Baru TNI
 

PDL yang baru ini terlihat lebih trendy dan modis. Jika pasukan Indonesia berbaris atau defile memang tidak terlihat ada yang aneh dengan mereka. Namun jika pasukan TNI digabungkan dengan pasukan negara lain, terutama pasukan negara maju, maka loreng/PDL pasukan TNI terlihat sedikit “jadul”, alias jaman dulu.

 
Rasa gagah dan nyaman dengan pakaian dinas diharapkan akan menambah percaya diri pasukan dalam menjalankan setiap kegiatan/ operasi mereka. 
Brigif 17 Kostrad ?
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah, mengapa Brigif Linud 17 Kostrad yang pertama mendapat BDU baru ?. Keputusan ini bisa saja random. Akan tetapi jika dilihat dari jenjang militer, Kostrad merupakan unsur pasukan lapangan yang paling besar di TNI. Panglima Kostrad dipimpin oleh Jenderal bintang tiga. Sementara Kopassus dan Kodam dipimpin oleh Jenderal berbintang dua. 
Kalau pilihannya jatuh ke Kostrad, lalu pasukan mana yang lebih dulu menggunakannya ?. Tentu pasukan yang senior. Dan mereka adalah Linud Kostrad, yang sudah malang melintang di medan pertempuran.
Brigif Linud 17 terdiri dari tiga bataliyon: Yonif Linud 305/Tengkorak (Karawang, Jabar), Yonif Linud 328/Dirgahayu (Cilodong, Kab.Bogor), dan Yonif Linud 330/Tri Dharma (Cicalengka, Kab Bandung). Markas Brigif 17 terletak di Cijantung (Jakarta Timur), satu komplek dengan Mako Kopassus, Yonkav 1 Badak Ceta Cakti/Kostrad, dan Yonkav 7 Panser Khusus/Kodam Jaya.
Brigif Linud 17 Kostrad, telah mencetak jenderal-jenderal ternama, antara lain: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Endriartono Sutarto dan Jenderal (Purn) Feisal Tandjung, Mantan KASAD Jenderal (Purn) Ryamizard Ryacudu, Letjen (Purn) Djamari Chaniago, Letjen (Purn) Suaidi Marasabesi, Letjen Purn Prabowo Subianto, Letjen (Purn) Agus Wijoyo, Letjen (Purn) Fachrul Razie, Letjen (Purn), Djadja Suparman, Irjenad Mayjen Geerhan Lentara dan banyak lagi.
seragam linud 4 Seragam Baru TNI

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menghabiskan sebagian karir militernya di Brigif Linud 17/Kostrad diawali dengan menjabat sebagai Danton Pan Yonif Linud 330/Kostrad pada 1974-1976. SBY kemudian dipercaya menduduki kursi Danton Pan Yonif Linud 305/Kostrad tahun 1976-1977, Danton MO 81 Yonif Linud 320, Pasi Ops Mabrigif Linud 17/Kostrad, dan Danki Pan Yonif Linud 330/Kostrad.
Karir puncak Yudhoyono di Brigif Linud 17 adalah pada 1993-1994 saat ia menjabat sebagai Komandan Brigif Linud 17/Kostrad dengan pangkat Kolonel Infanteri.
seragam linud 6 Seragam Baru TNI

 
Selain BDU/ PDL, kelengkapan pasukan juga disempurnakan seperti: ransel tempur, sepatu, decker pelindung lutut, sarung tangan, sarung senjata, perlengkapan minum, komunikasi dan lain sebagainya.
seragam linud 51 224x300 Seragam Baru TNI

 Diharapkan BDU dan perbaikan kelengkapan Linud 17 Kostrad ini, segera merata kepada satuan satuan lain. Untuk mengemat biaya, pergantian perlengkapan ini diharapkan dilakukan saat jatuh tempo pemberian seragam dan kelengkapan baru pasukan.
Yang belum diketahui adalah, apakah Battle Dress Uniform (BDU) terbaru ini akan digunakan oleh seluruh pasukan TNI atau per-angkatan. Sebagian tentara asing telah mengubah PDL mereka berdasarkan Angkatan: Darat, Laut dan Udara.

Foto : kaskus.co.id / by kenyot10
 Sumber : http://jakartagreater.com/2012/06/battle-dress-uniform-linud-kostrad/

Senin, 05 November 2012

Pangdam VI Mulawarman : Perbatasan Akan Dijaga Tank Leopard 2A6 Dan Satu Skuadron Heli Tempur


Pangdam VI Mulawarman : Perbatasan Akan Dijaga Tank Leopard 2A6 Dan Satu Skuadron Heli Tempur





Balikpapan - Selain akan dijaga dengan tank-tank Leopard 2A6, perbatasan Indonesia-Malaysia juga bakal dilengkapi satu skuadron heli tempur Bell AH-1W Super Cobra, kata Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI Mulawarman, Mayor Jenderal TNI Subekti.


“Kami akan tempatkan di Berau dan Nunukan,” ujarnya  di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.
Saat ini Kodam VI Mulawarman sedang menyiapkan basis bagi skuadron heli tersebut. “Kami gunakan anggaran antara Rp17 miliar hingga Rp19 miliar untuk persiapan pangkalan skuadron heli tempur tersebut,” katanya.
Super Cobra adalah helikopter buatan Bell, Amerika Serikat (AS), dan pengembangan dari Huey Cobra yang berjaya di perang Vietnam. Persenjataannya senapan mesin Gatling 20 mm, roket Hydra, rudal Sidewinder untuk pertempuran udara, dan rudal penghancur tank Hellfire.
“Super Cobra ini adalah pilihan utama. Namun demikian, kami punya pilihan lain yang lebih bersahabat dengan keuangan, yaitu heli serbaguna Agusta Westland,” ujar mantan Asisten Perencanaan (Asrena) Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) tersebut.
Heli tempur buatan Bell itu senilai sekira 11,3 juta dolar AS (setara Rp96 miliar) per unit. Untuk komplet satu skuadron dengan 16 pesawat, maka pemerintah RI menyediakan tidak kurang dari Rp1,53 triliun. Harga tersebut belum termasuk persenjataannya.
Super Cobra berkemampuan jelajah hingga 510 km pada kecepatan maksimum 277 km per jam, kecepatan menanjak 8,2 meter per detik, dan bisa mengambang di udara pada ketinggian 3.720 meter.
Dengan berpangkalan di Nunukan yang berbatasan langsung dengan Malaysia, maka SuperCobra hanya perlu beberapa menit untuk sampai di perbatasan dan menyelesaikan misinya.a
Adapun helikopter Agusta Westland nilainya lebih murah. Heli tempur Agusta Westland AW 109LUH harganya 9 juta dolar AS (setara Rp76,5 miliar) per unit, atau total Rp1,22 triliun untuk satu skuadron.
Selanjutnya, Kodam Mulawarman akan dilengkapi tiga batalyon gabungan infanteri dan artileri yang memiliki persenjataan anti tank yang dapat membidik tank dari jarak 6 km, serta sistem peluncur roket serentak (multiple launch rocket system/MLRS) Astros II buatan Brazil.
“Dengan amunisi roket aslinya, jarak tembaknya bisa mencapai 300 km, atau 70 km dengan amunisi roket lain,” jelas Subekti.
Bersama satuan tank Leopard,a mak seluruh persenjataan dan personel baru ini akan tersedia secara bertahap mulai 2012. Menurut dia, akan sangat berdampak pada perimbangan kekuatan dengan negara-negara tetangga Indonesia, terutama yang berbatasan langsung di Kalimantan.
“Saat ini kita memang tidak memiliki musuh yang eksplisit, yang nyata. Tapi, setiap hari kita dilecehkan di perbatasan dengan adanya patok yang digeser-geser,” demikian Pangdam VI Mulawarman, Mayjen TNI Subekti.(Sumber : Antara)

Yakhont TNI AL Tengggelamkan Kapal Perang Musuh


Yakhont TNI AL Tenggelamkan Kapal Perang Musuh

 

Sabtu (13/10) merupakan hari yang paling menggembirakan b agi TNI AL, setelah dalam puncak latihan Armada Jaya XXXI/2012 yang telah berlangsung sejak 25 September  lalu, rudal Yakhont yang ditembakkan dari KRI-534 Oswald Siahaan berhasil menjebol dan menenggelamkan “kapal perang musuh” yang diperankan kapal perang yang sudah tidak dipakai lagi. Tepat pukul 10.00 wita, rudal Yakhont menjebol bagian tengah kapal yang ditempatkan 182 km dari KRI-534, dan beberapa menit kemudian impaknya membuat kapal sasaran ini tenggelam.

Kepada Angkasa/Commando yang diberi kesempatan meliput langsung penembakan ini secara eksklusif dari Kapal Markas KRI-591 Surabaya, di perairan Sulawesi Utara, KSAL  Laksamana TNI Soeparno menyatakan apresiasi mendalam kepada seluruh prajurit  yang terlibat dalam demo penembakan ini. Ia juga menyatakan penghargaan serupa kepada pihak Seskoal yang baru pertama kali dipercaya sebagai pengendali latihan puncak TNI  AL, Armada Jaya. Secara umum, Armada Jaya XXXI/2012 merupakan ajang latihan operasi amfibi untuk merebut  kembali sebuah wilayah di Kalimantan Timur yang dikuasai musuh.

Yakhont ditembakkan untuk menghancurkan kekuatan laut musuh yang datang untuk mem-back-up kekuatan mereka yang tengah diserbu pasukan Marinir TNI AL. Kesaktian rudal antikapal permukaan ini kini tengah jadi rebutan perhatian dunia, termasuk Malaysia, Australia dan AS. Itu karena rudal yang sangat agresif ini mampu mengendus dan menghantan sasaran sejauh 300 km hanya dalam enam menit. Belum ada rudal antikapal manapun yang mampu menyamai kesaktian rudal yang sampai saat ini baru dimiliki Rusia, Vietnam, Suriah dan Indonesia ini.  Exocet yang umumnya memperkuat kapal-kapal perang regional setidaknya hanya mampu memburu sasaran sejauh 75 km.

Yakhont adalah rudal P-800 Oniks versi ekspor. Dirancang menggunakan pendorong ramjet oleh NPO Mashinostroyeniya pada 1983, rudal berkecepatan Mach 2 ini baru benar-benar berani diuji tembakkan dari pangkalan darat, kapal perang, pesawat udara dan kapal selam sejak 2001. NATO menjuluki rudal yang menyeramkan ini sebagai  SS-N-26. Dari basis rudal ini pula, India selanjutnya mengembangkan PJ-10 BrahMos. Walau dari segi pengalaman tempurnya kalah dengan Exocet, kehadiran Yakhont di Suriah telah bikin kebat-kebit Israel. Agresivitas rudal ini bikin tidak “PeDe” sekutu AS ini karena hanya memiliki penangkal berupa rudal Barak-8 dan Magic Wand. Kalau saja nanti pecah konflik, mungkin ini akan jadi kesempatan Suriah untuk membalas kekalahan yang mereka alami dalam Pertempuran di Latakia pada 1973.(A. Darmawan)

(Ikuti laporang lengkap Armada Jaya XXXI/2012 di Majalah Commando, edisi November 2012)